Aisyiyah Banten Gelar Sarasehan Mengusung Tema “Strategi Pengembangan Perguruan Tinggi Muhamadiyah Dan Perguran Tinggi Aisyiyah.”
JURNAL15.CO.ID, BANTEN — Pimpinan Wilayah Aisyiyah Provinsi Banten menggelar saresehan dengan mengusung tema “Strategi Pengembangan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dan Perguruan Tinggi Aisyiyah (PTA) di Gedung Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Banten, 7 Januari 2023. Dihardiri oleh Rektor ITB Ahmad Dahlan Jakarta, Rektor UM Banten, Wakil Rektor Unimar, Wakil Direktur Poltekkes Aisyiyah Banten, para pengurus AMM dan juga para akademisi dari berbagai kampus di Banten.
Acara yang dikemas dengan begitu santai ini fokus membahas apa yang harus disiapkan oleh PTM dan PTA dalam menghadapi persaingan dan perkembangan dengan kampus swasta dan negeri yang ada di Banten. Di mana kampus-kampus tersebut dari tahun ke tahun terus berkembang pesat, terutama kampus swasta yang terus menjamur.
Dikatakan akademisi UIN Banten Prof. Naf’an Tarihoran, persaingan antara kampus harus diakui dan itu harus dijadikan tangtangan bagi PTM dan PTA. Menurutnya, PTM dan PTA harus segera berbenah, memperbaiki tata kelola kampus. “Anak muda Muhammadiyah kan banyak, itu harus dijadikan modal untuk memajukan pendidikan Muahammadiyah,” ujarnya di selesa-sela memberikan materi.
Dikatakan Naf’an, pendidikan Muhammadyah sudah banyak menginspirasi pendidikan pemerintah. Banyak program-program dari pendidikan Muhammadiyah diadopsi oleh pemerintah. “Latar belakang pendidikan saya itu kebanyakan pendidikan Muhammadiyah dan itu unggul di bandingkan yang lain. Sekarang tinggal bagaimana kita mempersiapkan strategi agar bisa bersaing dengan kampus lain,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan oleh aktivis Muhammadiyah dan juga akademisi Untrita Dr. Firman Hardinsyah. PTM dan PTA agar bisa bersaing dengan kampus lain harus merubah “gaya”. Gaya yang dimaksud oleh Firman yaitu gaya pendekatan pop culter seperti yang dilakukan oleh pendiri Muhammadiyah, yaitu K.H. Ahmad Dahlan. “Ahmad Dahlan itu bisa main biola. Main biola itu adalah pendekatan pop culter yang dilakukan oleh beliau agar orang-oarang saat itu mengenal Muhammadiyah. Dan itu sah-sah saja asal yang terpenting tidak meninggalkan panji-panji Muhammadiyah.
Firman juga memberikan saran agar PTM dan PTA masuk desa agar lebih dekat dengan masyarakat, terutama masyarakat pedesan yang konotasinya masih tertinggal. Menurutnya, banyak anak muda lulusan SMA yang memiliki prestasi, tapi mereka bingung melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal itu mengingat kondisi geografis di Banten sangat sulit. “Di mana mereka kalau mau lanjut kuliah di kota harus ngkos, biaya transpotasi yang mahal.,” Untuk menjaring mereka (red: siswa yang lulus sekolah), kata Firman, maka perguruan tinggi harus masuk desa. “Ini bisa dilakukan oleh Muhammadiyah karena Muhammadiyah memiliki jaringan yang sangat kuat,” ujarnya. (Jurnal Qi)